RADARMEDAN.COM - Munculnya petisi dari kalangan guru besar pada sejumlah universitas di Indonesia menunjukkan jika mereka sudah mengambil peran dalam mengantisipasi apa yang menjadi kekhawatiran bangsa terkait demokrasi belakangan ini. Dengan begitu, bangsa ini harus melihat petisi-petisi tersebut sebagai upaya yang didasarkan pada sebuah kajian keilmuan dan tidak menudingnya sebagai dari afiliasi kepentingan partai politik tersebut.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar-Mahfud Sumatera Utara, Ramses Simbolon, usai mengikuti nobar debat pamungkas Capres 2024 di Posko TPS Ganjar-Mahfud Sumut, Jalan Sei Serayu, Medan, Minggu (4/2/2024).
“Tema debat capres malam ini relevan dengan kekhawatiran para guru besar, para guru bangsa ini terkait kondisi Indonesia saat ini. Tema malam ini semuanya bermuara pada cara membangun karakter bangsa, lantas bagaimana karakter bangsa yang baik akan muncul jika proses mencari pemimpinnya juga cacat dari awal,” kata Ramses.
Politisi yang juga caleg PDI Perjuangan untuk DPRD Sumut ini menjelaskan, para guru besar merupakan pribadi-pribadi yang berbicara atas dasar keilmuan dan pengetahuan. Dengan begitu kekhawatiran mereka terkait demokrasi yang terkoyak belakangan ini harus dimaknai sebagai sebuah kekhawatiran yang didasarkan pada kebenaran.
“Saya kecewa ketika ada pihak yang mengaitkan petisi mereka itu dengan afiliasi politik. Yang bilang itu saya kira nggak sekolah kali ya. Tentu saja, keilmuan dan pengetahun itu memang benar akan berpihak, tapi berpihak pada kebenaran yang formal dan substantif,” ungkapnya.
Karena itu kata Ramses, ia berharap petisi para guru besar ini menyadarkan masyarakat bahwa saat ini demokrasi menuju Pemilu 2024 sedang tidak baik-baik saja. Sebab, ada upaya yang merusak demokrasi demi kepentingan kelompok tertentu.
“Karakter bangsa akan muncul jika bangsa itu dipimpin oleh pemimpin yang lahir dari proses yang bener,” pungkasnya.[R]/HM/PE
TAG : pilkada,politik,nasional