Keterangan Gambar : Medsos
RADARMEDAN.COM, HUMBAHAS - Pemilihan kepala daerah semakin hari semakin semarak dalam merayakan demokrasi. Namun beda halnya yang terjadi di Kabupaten Humbang Hasundutan karena pasangan calon hanya Dosmar Banjarnahor dan pasangannya Oloan Paniaran Nababan tentunya hanya ada kotak kosong lawan pasangan tersebut.
Salahsatu warga Dolok Sanggul, Sabar Hasudungan menyimak jalannya politik di Humbang Hasundutan semakin merosot karena tidak adanya persaingan dalam memimpin satu periode kedepan. Hal ini menurutnya sudah menghianati hak demokrasi yang tentunya perlu diperhatikan Undang-undang Pemilukada agar disempurnakan.
"Daerah lain semua berdemokrasi dalam menentukan pilihan satu periode kedepan. Kalau memang itu pilihan masyarakat tentu sudah fair namun jika hanya satu pasang saja masyarakat tidak ada pilihan lain kecuali kotak kosong, ini kan kemunduran dalam demokrasi, "ujar Sabar, Sabtu (25/9/2020).
Dia menambahkan atas peristiwa ini membuat masyarakat semakin banyak yang ingin memilih kotak kosong nantinya pada tanggal 9 Desember 2020 mendatang. Masyarakat menilai dengan calon tunggal tentunya tidak baik dalam berdemokrasi. Hal ini juga sebelumnya sempat didemo oleh Aliansi Masyarakat Kampus (AMK) karena calon tunggal tersebut.
"AMK juga pernah demo ke kantor DPRD terkait masalah ini, namun apa daya kami sebagai masyarakat hanya bisa melihat dan sudah berjuang atas matinya demokrasi di Humbahas ini," katanya.
Masyarakat kata Sabar menduga kuat ada permainan dalam kontes Pilkada Humbang Hasundutan kali ini. Hal ini menurutnya wajar karena tidak ada Paslon lain maka sudah ada lobi-lobi elit politik sehingga matinya demokrasi yang tidak ada gaungnya lagi.
"Kalau calon tunggal begini bagaimana lagi, kami sebagai masyarakat tidak ada lagi gairah karena pilihan tidak ada. Namun saya yakin, pasti banyak warga yang tidak manggunakan suaranya atau karena tidak ada pilihan lain, bisa jadi kotak kosong," katanya.(red/PR).
TAG : pilkada,daerah,politik