Keterangan Gambar : Isna memperlihatkan salah satu kerajinan tangan yang dibuatnya dengan bahan baku tumbuhan air Eceng Gondok. (FOTO: Ilham)
RADARMEDAN.COM, BATAM – Siapa sangka tumbuhan air Eceng Gondok memiliki nilai jual tinggi. Tumbuhan air yang bernama latin Eichhornia Crassipes ini bisa diolah menjadi berbagai aneka kerajinan, Rabu (20/11/2019).
Ditangan Isna, warga Bukit Ayu Lestari, penghuni Blok B1 nomor 8 Sei Beduk, ini tidak sengaja membuat kerajinan tangan dari Eceng Gondok. Awalnya ia hanya jalan-jalan sore ke Dam Duriangkang dan melihat banyaknya tumbuhan air ini akhirnya timbul ide untuk memanfaatkannya.
“Saya tidak sengaja buat kerajinan tangan dari Eceng Gondok ini, saya lihat di Dam Duriangkang banyak tumbuhan ini, akhirnya timbul ide untuk membuat kerajinan tangan,” ujar Isna saat berada dirumahnya.
Dalam pengambilan Eceng Gondok, Isna dibantu dari pihak Dekranasda. Isna awalnya merajut sepatu dari benang woll tahun 2013 silam. Tahun 2017 dengan modal Rp 500 ribu ia membuat kerajinan dari Eceng Gondok dan kala itu peminatnya banyak.
“Awalnya saya hanya membuat sepatu dari benang woll tahun 2013, dan 2017 beralih ke pengrajin Eceng Gondok karna peminatnya lebih banyak,” ucapnya.
Eceng Gondok yang dikerjakannya ini tidak hanya dipasarkan di Batam saja. Tapi juga sudah di ekspor keluar negeri seperti ke Singapura dan bahkan hingga ke Los Angeles USA.
Menurutnya, kerajinan tangan Eceng Gondok yang dibuatnya tidak jauh beda dari Djogjakarta. Hanya saja sambung Isna, perbedaannya ialah pada tempelan dan rajutan saja, karna ini ciri khas Kota Batam. Bicara kualitas, tumbuhan air ini bisa bertahan lebih dari 2 tahun.
“Semua kerajinan ini home made kami, bahan bakunya mudah didapat dan perawatannya juga mudah. Kalau basah cukup di lap saja,” jelasnya.
Rintisan bisnisnya berawal ditahun 2013 kala itu, Isna hanya merajut sepatu dari benang Woll dan di tahun 2017 dengan modal Rp 500 ribu, ia kini fokus menekuni membuat kerajinan dari Eceng Gondok karena menurutnya lebih banyak peminatnya.
Sebelum tumbuhan air ini dijadikan kerajinan tangan, terlebih dahulu dikeringkan. Waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar sekitar 8 hingga 9 hari, tapi apabila cuaca benar-benar panas, proses penjemurannya 4 sampai 5 hari saja.
“Awalnya Eceng Gondok ini warnanya hijau, tapi setelah dijemur dan benar-benar kering warnanya berubah menjadi warna coklat,” terangnya.
Isna bisa memproduksi kerajinan tangan dari Eceng Gondok dalam sebulan mencapai 100 hingga 150 buah. Dalam bekerja ia tidak sendirian, dia dibantu oleh ibu-ibu rumah tangga lainnya.
“Harga yang kami berikan sangat terjangkau, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 15 juta. Omset yang kami terima dalam sebulan tidak menentu mulai dari Rp 9 hingga Rp 12 juta,” ucapnya.
Isna berharap, Dekranasda bisa memperhatikan pengrajin Eceng Gondok di Batam. Saat ini ada sekitar 40 komunitas pengrajin Eceng Gondok yang tergabung.
“Kami harap pemerintah melalui Dekranasda bisa lebih perhatikan pengrajin Eceng Gondok,” ujarnya.
Heryawan Lurah Sei Beduk bangga atas home made dari tumbuhan Eceng Gondok hasil karya Isna. Hal ini juga turut membantu meningkatkan nilai ekonomi warga setempat.
“Kami sangat mendukung apa yang dikerjakan ibu Isna dan kawan-kawan,” singkatnya.(red)
TAG : ekonomi,nasional,komunitas