RADARMEDAN.COM - Walikota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution,SE.,MM bertekad ingin membenahi kawasan kota lama Kesawan. Tekad tersebut bahkan dijadikan salah satu dari lima program prioritas Walikota Medan. Langkah inipun dinilai oleh akademisi sebagai langkah yang sangat tepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai sejarah yang ada di Kota Medan dan mampu menjadikan kota Medan sebagai primadona kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar negeri.
Salah satu akademisi yang sangat mendukung kebijakan Wali Kota Medan tersebut ialah Dr. Fikarwin Zuska. M.Ant salah seorang Dosen Antropologi dari Universitas Sumatera Utara (USU).
Saat ditemui di kediamanya, Sabtu (5/6), pria yang akrab di sapa Fikarwin ini pun menceritakan bahwa langkah Wali Kota Medan untuk membenahi kota lama Kesawan sudah menjadi impian sejak lama dari para pemerhati sejarah di kota Medan.
Pada umumnya mereka ingin agar peninggalan sejarah yang ada di kota Medan ini dilindungi, dirawat dan dijadikan sebagai objek wisata baru di kota Medan. Dengan langkah ini, pastinya orang-orang akan sangat tertarik untuk melihat dan mengenang kejayaan bangunan-bangunan zamah kolonial.
"Saya sangat sependapat dengan langkah Pak Walikota Medan yang bertekad membenahi kota lama Kesawan, saya yakin sekali apabila dikelolah dengan baik potensinya sangat besar untuk menyedot wisatawan datang ke kota Medan, bahkan bisa jadi kota Medan akan menjadi primadona kunjungan wisatawan baik yang datang dari dalam maupun luar negeri,"kata Fikarwin.
Fikarwin berpendapat apabila kota lama Kesawan ini dijadikan objek wisata maka dia yakin pastinya akan terjadi perputaran ekonomi yang sangat cepat di kawasan tersebut, karena wisatawan akan banyak datang untuk menikmati bangunan bersejarah dan tentunya sambil berbelanja. Peluang ini juga yang harus dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya.
Apalagi menurut Fikarwin kota Medan sudah diuntungkan dengan keberagaman adat budaya yang ada, artinya kekayaan adat budaya ini harus mampu dijual di kawasan Kesawan tersebut misalnya saja kuliner khas dari masing-masing budaya.
"Kalau kita mau tampilkan seluruh makanan khas dari masing-masing budaya yang ada di kota Medan tentu kawasan Kesawan itu tidak akan cukup menampung seluruh pedagangnya, butuh tempat yang lebih luas, artinya Pemko Medan harus mampu menatanya dengan baik memadukan antara bangunan bersejarah dengan kuliner. Jadi para wisatawan itu bisa mendapatkan dua kenikmatan dalam satu tempat yaitu mengenang bangunan peninggalan kolonial dan menikmati kuliner khas dari berbagai daerah, dan kalau bisa disediakan juga tourguide yang mampu menceritakan sejarah dari bangunan yang ada disitu, menceritakan tentang tembakau Deli yang menggiurkan hampir seluruh masyarakat dunia sampai orang-orang dari manca negara mau datang ke Kota Medan hanya untuk mendapatkan tembakau Deli itu, saya bisa bayangkan itu akan sangat indah, "jelasnya.
Pria kelahiran 20 Desember 1962 ini juga sebelumnya sangat setuju dengan dibukanya Kesawan City Walk (KCW) di kawasan kota lama Kesawan tersebut, sebab menurutnya sangat membantu para pelaku UMKM untuk dapat terus bertahan ditengah pandemi covid-19 yang menghantam seluruh sektor kehidupan. Hanya saja Fikarwin menyarankan agar KCW lebih ditata dengan baik.
"Kalau bisa penataanya lebih baik lagi, diperhatikan keamananya, diatur jarak agar tidak terjadi kerumunan, kebersihanya juga tetap dijaga, usahakan juga barang ataupun kuliner yang dijual jangan mahal. kalau sudah nyaman, aman, bersih dan murah, saya yakin orang akan ramai datang untuk berbelanja, "ujarnya.
Terakhir Firkawin berharap agar kota lama Kesawan ini dapat dikelolah dengan baik oleh Pemko Medan. Dirinya ingin agar Pemko Medan sendiri yang mengelolahnya jangan sampai dikuasai oleh pengusaha besar yang ingin mengambil keuntungan dari keberadaan kawasan Kesawan tersebut.
"Saya berharap Pemko Medan langsung yang mengelolahnya. Jangan diserahkan ke pengusaha besar, jadi kawasan ini betul-betul dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga pedagang kecil dapat masuk kedalam nya," kata dia. (rls/PR).
TAG : parawisata