RADARMEDAN.COM, JAMBI - Rosti Simanjuntak tidak berhenti menangis sejak tiba dilokasi makam anaknya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Rabu (27/7/2022).
Rosti dan keluarganya tiba di lokasi sejak pagi, sebelum makam bintara Polri yang diduga tewas akibat baku tembak dengan Bharada E di rumah kediaman Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022) yang lalu digali.
Sejak tiba di lokasi makam, guru sekolah dasar itu sudah histeris melihat makam anaknya. Untai kata kesedihan terdengar kuat dalam jeritan ibu empat anak itu. Dia tidak kuasa melihat makam anaknya yang akan dibongkar.
Sejumlah keluarga dan pengurus ormas Pemuda Batak Bersatu (PBB) setia menemani istri dari Samuel Hutabarat itu. Memberikan dukungan agar kuat untuk mencari kebenaran dibalik kematian anak keduanya yang diduga melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo.
Rosti terus menangis, sesekali menjerit histeris memohon kekuatan dari Tuhan. Sesaat sebelum pembongkaran kuburan dimulai, pihak keluarga dan Ormas PBB melakukan ibadah singkat yang dipimpin pendeta.
Selanjutnya Rosti didudukkan di kursi yang ada di sekitar lokasi. Sejumlah keluarga yang ada di lokasi terlihat ikut menangis.
Ibu Brigadir Yoshua terdengar beberapa kali menyampaikan permintaan tolong kepada Presiden Jokowi agar memperhatikan proses autopsi ini. Dia juga menyampaikan permintaan agar pihak TNI ikut membantu mengungkap kasus ini.
Proses pembongkaran makam Brigadir Yoshua dilakukan setelah ibadah. Sebanyak 5 orang anggota ormas PBB dihunjuk keluarga untuk menggali kuburan tersebut. Proses penggalian kuburan berlangsung selama 30 menit.
Setelah selesai digali, peti mati Brigadir Yoshua diangkat ke atas. Kemudian dibersihkan oleh pihak keluarga. Pihak keluarga meminta untuk membuka tutup peti yang sudah diangkat dari liang lahat. Untuk melihat jasad brigadir Yoshua sebelum dilakukan autopsi ulang.
Setelah dibuka, ditutup kembali dan diangkat ke ambulans untuk dibawa ke rumah sakit lokasi pelaksanaan autopsi. Puluhan orang terlihat mengerumuni makam Brigadir Yoshua di Desa Suka Makmur.
"Pak Presiden, tolong kami," kata salah seorang anggota keluarga Brigadir Yoshua.
Sepanjang langkah kaki Rosti mengikuti pemindahan jasad anaknya dari kuburan ke ambulance diiringi tangisan dan jeritan duka.
"Tolong kami Tuhan, biar terungkap semuanya. Tolong keluarga kami Tuhan," katanya.
Pelaksanaan autopsi ulang terhadap Brigadir Yoshua dilakukan untuk mengungkap fakta atas kematian ajudan Ferdy Sambo tersebut. Banyak pihak menduga kematian tersebut menyimpan misteri.
Terlebih pihak keluarga yang menduga adanya penganiayaan terhadap personel Polri yang dulu bertugas di Jambi tersebut.
Alasan terjadinya pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo dinilai tidak benar. Karena selama ini Brigadir Yoshua selalu bercerita tentang kebaikan keluarga Ferdy Sambo dan dia sudah dipercaya mengurusi berbagai hal di lingkungan keluarga Sambo.
Banyaknya luka tidak wajar ditubuh Brigadir Josua dinilai sebagai bentuk adanya tindakan kekerasan dan penganiayaan yang tidak manusia. Pihak keluarga juga menilai keterangan yang diberikan pihak kepolisian atas kematian Josua ditangan seorang personel tamtama tidak masuk akal.
Selain itu, larangan membuka peti jenazah yang sempat terjadi di rumah keluarga Hutabarat dinilai sebagai gambaran adanya kebohongan dibalik kematian Brigadir Yoshua.
Proses ekshumasi dan autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J mendapat atensi khusus dari Kompolnas dan Komnas HAM. Pantauan wartawan media ini di lokasi maupun di RSUD Sungai Bahar tempat jenazah Brigadir Yoshua diautopsi disaksikan Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dan Komisioner Kompolnas Poengky Indarti.
Choirul Anam dan Poengki juga mendampingi Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan kepada media di RSUD Sungai Bahar. Namun Choirul maupun Poengky saat itu tak memberikan keterangan apa pun.
Usai Irjen Dedi berbicara kepada awak media, mereka bertiga langsung masuk ke rumah sakit. Tim dokter yang melakukan autopsi ulang ini, dipastikan Irjen Dedi bersifat independen dan imparsial.
"Artinya bahwa hasil autopsi ulang yang dilaksanakan pada hari ini, ini memiliki dua konsekuensi. Konsekuensi pertama dari sisi keilmuan harus betul-betul sahih dan bisa dipertanggujawabkan," ucapnya.
"Konsekuensi yang kedua karena ekshumasi ini adalah dalam rangka keadilan dilaksanakan oleh pihak berwenang dan oleh kedokteran forensik ini harus menjadi konsekuensi yuridis, dalam hal ini penyidik," lanjutnya.
Di sisi lain Dedi menyebut proses ekshumasi dan autopsi ulang ini dilakukan sebagai komitmen Polri mengungkap kasus ini.
"Kegiatan ini sebagai bentuk komitmen dari Bapak Kapolri sesuai arahan dari Bapak Presiden agar kasus ini dibuka secara terang benderang," ucapnya.
Komnas HAM dan Kompolnas memang dilibatkan dalam pengusutan kasus kematian Brigadir J. Mereka masuk dalam tim khusus yang dibentuk oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Tim khusus ini dibentuk Kapolri agar pengusutan kasus polisi tembak polisi ini dilakukan secara terang benderang dan transparan. Hal ini untuk menjawab keraguan publik soal penanganan kasus tersebut.
Saat ini proses autopsi sedang berjalan. Pihak keluarga dan kerabat termasuk anggota ormas PBB menunggu proses autopsi di Rumah Sakit. (detiksumut)/pe
TAG : samosir-toba-taput-humbahas,humbang-hasundutan,kriminal,sumut,hukum