Keterangan Gambar : Kegiatan dengan tema ‘Sinergitas Informasi dan Upaya Peningkatan Produktivitas Pangan Serta Kerja Sama Perdagangan Antar Daerah di Sumut (Foto : Humas)
RADARMEDAN.COM – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengibaratkan menjaga laju inflasi seperti mengendalikan tensi darah di tubuh manusia. Sehingga dirinya meminta seluruh pihak bisa menggeluti persoalan harga komoditi tertentu, khususnya cabai merah, bawang, daging ayam dan lainnya.
“Saya ingatkan soal inflasi, khususnya di kabupaten/kota. Itu seperti pengukur tensi. Tidak bisa tinggi, tak bisa juga di bawah,” ujar Gubernur, saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Sumut, sekaligus pemberian penghargaan TPID Award kepada kabupaten/kota, di Hotel Polonia, Jalan Jenderal Sudirman, Medan, Senin (7/10).
Kegiatan dengan tema ‘Sinergitas Informasi dan Upaya Peningkatan Produktivitas Pangan Serta Kerja Sama Perdagangan Antar Daerah di Sumut’ ini, dihadiri Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat, Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi, Kepala Kantor KPPU Sumut Ramli Simanjuntak, Kabulog Divre Sumut Basirun, sejumlah bupati/walikota, serta pimpinan OPD Pemprov Sumut terkait.
Dalam sambutannya, Gubernur juga mengingatkan bahwa persoalan inflasi tidak bisa dipisahkan dari urusan pangan rakyat. Sehingga seluruh pihak berkewajiban memikirkan dan mengurusi persoalan masyarakat. Bahkan komoditi seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, daging ayam dan lainnya, yang sempat dikeluhkan masyarakat maupun para pedagang.
“Kenapa saya mau bicara cabai merah, karena ini sempat membuat kita naik tensi. Makanya kenapa kita bergelut soal ini. Karena itu juga saya ingin bertemu importir, bagaimana penjelasan mereka,” kata Edy Rahmayadi.
Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Siswo Widayat menyampaikan, tekanan inflasi masih memungkinkan muncul di November 2019. Sebab kebutuhan pangan yang terus ada, rentan menyumbang inflasi yang besar di tahun ini. Untuk Sumut, selain cabai merah yang tertinggi, ada juga komoditi pangan lain yang juga mempengaruhi.
“Kalau amannya, seperti cabai merah tidak boleh melebihi Rp42 ribu. Sehingga kalau bisa dikendalikan, inflasi kita bisa 4 persen,” sebutnya.
Dijelaskannya lagi, produksi cabai dan komoditi pangan lainnya, harus didata dengan baik. Sehingga bisa diproyeksikan dan diantisipasi. Sebab selama tidak ada data valid sebagai dasar analisis, tidak akan dapat diproyeksikan bagaimana langkah ke depan, khususnya menghadapi berbagai momentum seperti hari besar keagamaan. “Selama tidak ada itu (data), kita akan sulit mengantisipasi inflasi,” katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi menyebutkan, bahwa secara kumulatif pada tahun ini hingga Agustus, laju inflasi kumulatif berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) se-Sumut mencapai 5,40 % atau melebihi sasaran 4,50 %. Dengan rincian untuk IHK Sibolga 4,96 %, Pematang Siantar 2,49 %, Medan 5,90 % dan Padangsidimpuan 2,95 %.
Kegiatan tersebut, juga diisi pemberian penghargaan ‘TPID Award' kepada sejumlah daerah. Penghargaan TPID Terbaik Kota IHK untuk Kota Sibolga. Penghargaan TPID Berprestasi untuk Kabupaten Karo, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Taput dan Kota Padangsidimpuan. Serta Penghargaan TPID Teladan untuk Kabupaten Deliserdang, Kota Tebingtinggi dan Kota Medan.
Usai pembukaan, acar dilanjutkan dengan diskusi bersama TPID kabupaten/kota terkait upaya mengantisipasi laju inflasi daerah. (Humas)/PE/red
TAG : sumut,daerah,metropolitan