RADARMEDAN.COM, SIBOLGA - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Sibolga, menggelar rapat bulanan pembahasan kondisi inflasi untuk bulan Oktober tahun 2019. Rapat ini dilaksanakan di Aula Graha Nauli Bank Indonesia pada Rabu (30/10/19) pagi, dan dipimpin oleh Asisten II Pemko Sibolga Hendra Darmalius.
Asisten UU menyampaikan, bahwa pada bulan September lalu Kota Sibolga mengalami deflasi sebesar 1,94%, yang dipengaruhi beberapa komoditi, seperti cabe merah, ikan segar, dan bawang merah.
“Deflasi atau penurunan harga tidak selamanya akan berdampak baik bagi Kota Sibolga, Deflasi yang tinggi juga dapat berdampak buruk dan begitu juga dengan inflasi yang tinggi, dapat mengakibatkan dampak buruk bagi Kota Sibolga. Untuk itu perlu adanya pengendalian inflasi/deflasi di Kota Sibolga agar daya beli masyarakat di Kota Sibolga bisa terkendali”, terang Asisten II.
Unsur Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihadiri oleh Kepala Seksi Statistik Distribusi Walter Situmeang memaparkan, Deflasi pada bulan September lalu dipengaruhi oleh komoditi cabe merah sebesar 2,14%, tomat sebesar 0,1%, dan bawang 0,05%.
“Tetapi pada sektor perikanan terjadi inflasi, yang dipengaruhi kenaikan pada Ikan Tongkol sebesar 2,12%, cumi sebesar 0,07%, dan ayam potong sebesar 0,04%. Sementara pasokan beras dari pihak Bulog mampu mencukupi kebutuhan Kota Sibolga hingga 4 (empat) bulan kedepannya,” ujar Walter Situmeang.
Asisten Manager Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sibolga Rayna Ditrian menjelaskan, bahwa inflasi yang terkendali maka akan berdampak pada kestabilan daya beli masyarakat Kota Sibolga. Kontributor utama terjadinya inflasi di Kota sibolga yaitu tanaman holtikultura, seperti cabe merah dan bawang merah, serta ikan laut. Untuk itu perlu upaya menjaga pasokan komoditas holtikultura dan ikan laut untuk mencegah inflasi yang tidak terkendali.
Rayna menambahkan, solusi untuk mengendalikan inflasi di Kota Sibolga adalah melalui penguatan basis data pangan di Kota Sibolga. Dengan adanya basis data yang akurat, diharapkan dapat mencegah inflasi yang tidak terkendali pada bulan berikutnya. Fokus dari penguatan basis data adalah pada data stok cabe merah, bawang merah, dan beberapa komoditi yang sering mempengaruhi inflasi Kota Sibolga, contohnya ikan laut.
“Untuk itu perlu data jadwal panen ikan di Kota Sibolga, agar diketahui kapan ikan dapat dipasarkan, kapan ikan perlu di stok, serta kapan mengeluarkan ikan yang telah di stok untuk dipasarkan ketika pasokan ikan laut sedikit. Dengan adanya Integrated Cold Storage (ICS) Kota Sibolga yang baru diresmikan, mampu menjadi sarana yang menstabilkan harga ikan laut di Sibolga,” imbuh Rayna.
Turut hadir dalam rapat ini, Direktur Perusahaan Daerah Sibolga Nauli Azran Sinaga, ST, perwakilan Polres Sibolga, perwakilan Organisasi Perangkat Daerah Kota Sibolga yang tupoksinya terkait perekonomian, dan Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Sibolga Ade Irma Suryani.(humas/red/PR)
TAG : daerah,ekonomi