RADARMEDAN.COM, KARO - Sebanyak 202 ekor babi dilaporkan mati mendadak di Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo. Kuat dugaan kematian babi tersebut telah tertular virus demam babi Afrika (virus african swine fever/ASF).
"Sejauh ini sudah ada 202 ekor babi mati di wilayah Kecamatan Laubaleng," kata Kepala Dinas Pertanian Karo, Metehsa Karo-karo Rabu (30/10).
Metehsa mengatakan, belum bisa memastikan kematian babi tersebut akibat tertular virus. Disebabkan pihaknya masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Balai Veteriner Medan.
"Kita sudah mengundang Balai Veteriner ke Karo. Mereka juga sudah mengambil sampel untuk diuji di laboratorium. Kita masih menunggu hasil uji lab mereka. Apakah kematian babi itu karena tertular virus atau tidak kita belum tau pasti," ungkapnya.
Lanjut dikatakan Metehsa, pihaknya sudah membentuk tim yang intens turun ke 17 kecamatan tersebar di Karo. Serta sudah membuat surat edaran ke 17 kecamatan tersebar di Karo perihal langkah-langkah penanggulangan penyakit ternak babi. Sampai saat ini laporan diterima terkait babi mati baru ditemukan di wilayah Kecamatan Laubaleng.
"Guna menghindari penyebaran penyakit tersebut, perlu dilakukan langkah -langkah yang tepat. Beberapa diantaranya, peternak/pengepul dihimbau tidak memasukkan ternak babi dari luar Kabupaten Karo," tegasnya.
Menurut Matehsa ternak babi yang sakit harus dipisahkan, dari babi yang sehat, peternak diwajibkan tiap hari membersihkan kandang. Membersihkan kotoran babi, dan mengumpulkannya di suatu tempat, dan jangan dibawa ke luar lokasi kandang agar penyebaran virus tidak meluas. Peternak dihimbau juga melakukan penyemprotan kandang dengan desinfektan, sampai basah minimal satu kali sehari bagi kandang, yang terinfeksi dan tiga kali seminggu bagi kandang yang belum terinfeksi. Selanjutnya pakan ternak berupa sisa-sisa makanan dari limbah rumah tangga, atau rumah makan harus dimasak dengan sempurna.
" Ternak babi yang mati harus dimusnahkan dengan cara di kubur. Selanjutnya peternak dilarang membuang bangkai babi ke sungai, atau hutan. Segera melaporkan babi yang mati ke Dinas Pertanian, ke para camat atau Kepala Desa masing-masing. Kita juga sudah meminta camat segera mengintruksikan hal di atas kepada para kepala desa di wilayah masing-masing," imbuhnya
Kepala Dinas Kesehatan Karo,dr Irna Safrina S. Meliala menegaskan, virus hog cholera tidak membahayakan bagi manusia. Irna menyebut daging babi yang terpapar virus ini juga masih aman untuk dikonsumsi.
"Meskipun virus ini bisa menyebabkan kematian pada babi, tapi masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan kasus hog cholera ini. Meski demikian, masyarakat kita himbau harus lebih cermat dalam mengolahnya. Sebelum dikonsumsi, daging babi harus dimasak dengan matang," tandasnya.(Rekro Trgn/RM)/PE/red
TAG : karo,kesehatan